Katakan 'Putus,' Sesungguhnya Agar Tetap Tinggal

Ini adalah kali ketiga aku mengutarakan untuk putus dengannya, dan kali ini juga dengan tegas dia mengabulkan permintaanku. Aku membalikkan badan dan pergi, dengan penuh harap dia akan mengejar diriku, sekali lagi menarik tanganku, dan sekali lagi ia mengatakan, "Michelle, aku mencintaimu… jangan pergi!"

Hanya saja, kali ini dia tidak berbuat demikian, dan hanya membiarkan saja aku pergi seorang diri menyusuri jalanan, hari itu langit sedang hujan rintik-rintik, aku sudah tidak dapat lagi membedakan antara air mata dan hujan, yang basah adalah hatiku, dan bukannya tubuhku.

Semasa pacaran, pria selalu tidak dapat memahami, mengapa perempuan dengan begitu mudahnya meluncurkan kata "putus" dari bibirnya, apakah hanya bertujuan untuk menguji si pria? Ataukah karena memang sudah tidak mencintai si pria sehingga terucaplah kata itu?

Perempuan merasa paling tidak aman adalah pada masa-masa pacaran. Setiap kali mengatakan "putus", sebenarnya adalah saat yang paling tidak berdaya bagi seorang perempuan, karena kata tersebut justru adalah hal yang paling tidak diinginkan oleh seorang perempuan.

Ketika perasaan seperti itu timbul, maka perempuan pun menggunakan kata "putus" sebagai sebuah tameng, sebagai sebuah sasaran, lalu berprasangka dengan menempatkan keadaan yang paling buruk yang akan terjadi, sehingga dalam pikirannya akan membayangkannya secara tidak disadarinya, lalu terlebih dahulu mengutarakan "putus"!

Setiap kali mengutarakan "putus", perempuan selalu ketakutan sang pria akan benar-benar meninggalkan dirinya, maka perempuan akan berlagak sangat tabah dan kuat, padahal di dalam lubuk hatinya ia sangat takut akan terluka.

Setiap kali mengatakan "putus", ia hanya berkeinginan untuk mengetahui, dan memastikan, bahwa sang pria masih sangat mempedulikan dirinya, dan tidak rela sang perempuan pergi. Setiap kali mengatakan "putus", perempuan tidak sungguh-sungguh menginginkan sang pria untuk pergi, akan tetapi justru ia sedang bertaruh bahwa sang pria akan tetap mencintainya seperti sedia kala.

Cara berpikir seorang perempuan sangat unik, kadang kala perempuan bisa saja mengutarakan kata – kata yang artinya sama sekali bertolak belakang untuk memastikan suatu hal.

Ketika perpisahan atau "putus" sudah menjadi kenyataan, maka perempuan akan benar-benar tenggelam dalam kesedihan, ia akan sangat tidak mengerti, mengapa sang pria sedemikian tidak memahami perasaannya?

Mengucapkan kata "putus", adalah karena sangat mencintai sang pria, sangat peduli terhadap sang pria, sampai-sampai hati yang senantiasa merasa tidak aman itu begitu mendambakan suatu jawaban yang pasti.

Hanya saja sang pria tidak memahaminya, sehingga akan marah, curiga, sedih dan emosi, lebih-lebih akan merasa seperti dikhianati, akan merasa bahwa perempuan amat sulit untuk ditebak, mengapa perempuan sedemikian mudahnya berubah, mengapa perempuan begitu mudahnya memancing keonaran tanpa alasan.

Akan tetapi tak terpikirkan oleh sang pria bahwa sebenarnya di saat perempuan membalikkan badannya, yang diinginkan oleh wanita bukanlah pandangan mata penuh rasa putus asa pada si pria, atau pun kecaman yang keras dari si pria terhadap dirinya, melainkan harapan agar si pria akan mengejar dirinya, menggandeng lengannya, dan mengatakan padanya, "Jangan pergi…!!!"

Perempuan mengira dengan mengatakan "putus" akan membuat sang pria memintanya untuk tetap tinggal, akan tetapi mana mungkin seorang pria dapat memahami maksud hati dari seorang perempuan? Sampai kering air mata sang perempuan mengalir pun, sang pria tetap saja tidak akan pernah dapat mengucapkan sepatah kata pun untuk memintanya untuk tetap tinggal…

Pria memang benar-benar tidak memahami, dan selamanya tidak akan pernah bisa memahami, bahwa mengatakan "putus", sebenarnya adalah demi untuk bisa tetap tinggal… (The Epoch Times/lin)

Related Posts:

0 Response to "Katakan 'Putus,' Sesungguhnya Agar Tetap Tinggal"

Posting Komentar