Jangan Umbar Data, Teman dan Foto di Facebook!

Penulis: Donny B.U. - detikinet

Jakarta - Jangan terlalu lengkap memasang profil diri dan foto di Facebook! Jangan terlalu gampang berteman di Facebook! Waduh, seruan tersebut tentunya tidak terlalu populer, atau cenderung diabaikan, bagi para Facebooker sejati. Ya memang, karena dengan bergesernya konsep dan ide sebuah pertemanan, maka tak apalah pada kenyataannya kita hanya punya segelintir teman di dunia nyata sepanjang punya berjibun (ratusan, ribuan) teman di situs jejaring sosial.

Seolah-olah dengan demikian keeksisan Anda adalah seberapa banyak teman yang dimiliki. Padahal dengan semakin banyak teman, yang kadang hanya teman sekedar kenal atau bahkan tak ingat lagi siapa dia atau bertemu dimana, maka semakin rentan terekspos data diri kita ke pihak-pihak di luar kontrol kita.

Walhasil, dengan demikian Anda akan semakin mudah menjadi korban 'impersonation'.

Kasus

Tulisan ini sengaja saya buat dan saya titipkan ke detikINET, karena ada satu kasus yang langsung menimpa salah satu mahasiswi saya di sebuah perguruan tinggi swasta tempat saya mengajar. Si mahasiswi tersebut belum lama berselang mengadukan kisahnya kepada saya bahwa hampir tiap saat dirinya melalui ponsel dihubungi orang yang tidak dikenal, bahkan di tengah malam sekalipun.

Setelah saya gali informasi lebih lanjut, ternyata saya temukan bahwa data dirinya di Facebook, entah oleh siapa, di-copy dan dijadikan sebuah blog di Blogspot.com. Blog tersebut seolah-olah dikelola langsung oleh si mahasiswi tersebut. Inilah yang disebut dengan kasus 'impersonation'

Bahkan si pelaku (impersonator), memindahkan sebagian foto-foto si mahasiswi tadi dari Facebook ke sebuah situs penyimpanan foto gratisan, imageshack.us. Isi blog tersebut, cenderung berupa pencemaran nama baik dan melecehkan martabatnyat sebagai wanita.

Celakanya lagi, di blog tersebut dicantumkan pula nomor ponsel yang sehari-hari digunakan oleh mahasiswi tersebut. Maka, hampir tiap saat dia harus menjelaskan bahwa dirinya bukanlah seperti apa yang tertulis di blog pada setiap penelpon yang masuk.

Penyelesaian

Kasus ini agak rumit, karena tempat si impersonator meletakkan data-data dan foto-fotonya berada di luar ranah Indonesia. Tetapi upaya tetap harus dilakukan. Di blogspot.com atau blogger.com, ada fasilitas untuk melakukan 'flag blog', dengan pilihan 'impersonation'. Kita harus meng-attached hasil scan KTP atau SIM yang dapat membuktikan bahwa kita adalah korban dari pelaku impersonation.

Setelah kita men-submit, maka kita tinggal menunggu keputusan dari pengelola layanan blog tersebut untuk mencabut atau menghapus alamat blog yang menjadi keberatan kita.

Pun setali tiga uang dengan foto-foto yang terlanjur tersimpan di imageshack. Ada fitur untuk melaporkan dan meminta penghapusan foto-foto yang kita anggap materi berhak cipta, mengandung unsur pornografi ataupun kekerasan. Asumsinya, foto yang diambil dari akun Facebook kita tanpa seijin kita, adalah foto yang melanggar hak cipta.

Pencegahan

Agar kasus tersebut tidak terulang kepada siapapun, maka ada baiknya langkah-langkah pencegahan berikut ini bisa dijalankan ketika di dunia Facebook:

1). Jangan terlalu lengkap memasang profil atau data diri di Facebook. Tentunya semakin lengkap profil/data diri terpasang, semakin mudah mendapatkan teman. Tetapi di sisi lain, semakin beresiko pula data diri kita disalah-gunakan (abused)

2). Jangan memasang foto-foto diri Anda yang sekiranya Anda sendiri tidak akan merasa nyaman apabila foto tersebut tersebarluaskan secara bebas. Ingatlah, walau foto tersebut "hanya" diposting di akun Facebook Anda, sebenarnya itu sama saja dengan menyebarlukaskan foto tersebut ke publik. Sekali terposting dan tersebar, maka sangat sulit (dan nyaris mustahil) Anda bisa mencabut foto Anda dari Internet. Maka, selektiflah dalam berpose dan memposting foto Anda.

3). Jangan sembarangan 'add friend' atau melakukan approval atas permintaan seseorang untuk menjadi teman Anda. Cara memilah dan memilihnya mudah, yaitu lihat saja berapa jumlah "mutual friends" antara Anda dengan seseorang tersebut. Semakin sedikit "mutual friends"-nya, berarti semakin sedikit teman-teman Anda yang kenal dengan dirinya, yang berarti semakin beresiko tinggi. Pastikan Anda hanya menerima "pertemanan" yang "mutual friends"-nya cukup banyak.

4). Jangan sembarangan menerima tag photo. Bolehlah kita "banci tagging", tetapi berupayalah lebih selektif. Artinya, sekali Anda terjun ke Facebook, rajin-rajinlah memeriksa "keadaan sekeliling". Karena kita kadang menemukan foto diri kita yang di-upload dan di-tag oleh orang lain, padahal kita tidak suka foto tersebut disebarluaskan. Segera saja kita "untag" diri kita dari foto tersebut dan kalau perlu minta teman kita yang melakukan upload foto tersebut untuk mencabutnya.

5). Jangan tunda-tunda, ketika Anda menemukan data atau profil Anda digunakan oleh pihak lain untuk hal-hal di luar kontrol Anda, segeralah bertindak. Membiarkannya, justru akan membuatnya makin berlarut dan berdampak destruktif, setidaknya untuk kenyamanan diri sendiri. Laporkan langsung ke pengelola layanan tempat kejadian 'impersonation', untuk segera mencabut informasi aspal (asli tapi palsu) tersebut. Atau, mintalah bantuan pada orang atau pihak yang sekiranya bisa atau paham bagaimana mengatasi hal di atas.

Related Posts:

'Aku Menangis untuk Adikku 6 Kali'

Diterjemahkan dari "I cried for my brother six times"

Aku dilahirkan di sebuah dusun pegunungan yang sangat terpencil. Hari demi hari, orang tuaku membajak tanah kering kuning,dan punggung mereka menghadap ke langit. Aku mempunyai seorang adik, tiga tahun lebih muda dariku.

Suatu ketika, untuk membeli sebuah sapu tangan yang mana semua gadis di sekelilingku kelihatannya membawanya, Aku mencuri lima puluh sen dari laci ayahku. Ayah segera menyadarinya. Beliau membuat adikku dan aku berlutut di depan tembok, dengan sebuah tongkat bambu di tangannya..

"Siapa yang mencuri uang itu?" Beliau bertanya.

Aku terpaku, terlalu takut untuk berbicara. Ayah tidak mendengar siapa pun mengaku, jadi Beliau mengatakan:

"Baiklah, kalau begitu, kalian berdua layak dipukul!"
Dia mengangkat tongkat bambu itu tingi-tinggi.. Tiba-tiba, adikku mencengkeram tangannya dan berkata:

"Ayah, aku yang melakukannya! "

Tongkat panjang itu menghantam punggung adikku bertubi-tubi. Ayah begitu marahnya sehingga ia terus menerus mencambukinya sampai Beliau kehabisan nafas. Sesudahnya, Beliau duduk di atas ranjang batu bata kami dan memarahi:

"Kamu sudah belajar mencuri dari rumah sekarang, hal memalukan apa lagi yang akan kamu lakukan di masa mendatang? Kamu layak dipukul sampai mati! Kamu pencuri tidak tahu malu!"

Malam itu, ibu dan aku memeluk adikku dalam pelukan kami. Tubuhnya penuh dengan luka, tetapi ia tidak menitikkan air mata setetes pun. Di pertengahan malam itu, saya tiba-tiba mulai menangis meraung-raung. Adikku menutup mulutku dengan tangan kecilnya dan berkata:

"Kak, jangan menangis lagi sekarang. Semuanya sudah terjadi."

Aku masih selalu membenci diriku karena tidak memiliki cukup keberanian untuk maju mengaku. Bertahun-tahun telah lewat, tapi insiden tersebut masih kelihatan seperti baru kemarin. Aku tidak pernah akan lupa tampang adikku ketika ia melindungiku. Waktu itu, adikku berusia 8 tahun. Aku berusia 11.

Ketika adikku berada pada tahun terakhirnya di SMP, ia lulus untuk masuk ke SMA di pusat kabupaten. Pada saat yang sama, saya diterima untuk masuk ke sebuah universitas propinsi. Malam itu, ayah berjongkok di halaman, menghisap rokok tembakaunya, bungkus demi bungkus. Saya mendengarnya memberengut:

"Kedua anak kita memberikan hasil yang begitu baik...hasil yang begitu baik..."

Ibu mengusap air matanya yang mengalir dan menghela nafas:

"Apa gunanya? Bagaimana mungkin kita bisa membiayai keduanya sekaligus?"
Saat itu juga, adikku berjalan keluar ke hadapan ayah dan berkata:
"Ayah, saya tidak mau melanjutkan sekolah lagi, telah cukup membaca banyak buku."
Ayah mengayunkan tangannya dan memukul adikku pada wajahnya:
"Mengapa kau mempunyai jiwa yang begitu keparat lemahnya? Bahkan jika berarti saya mesti mengemis di jalanan saya akan menyekolahkan kamu berdua sampai selesai!"

Dan begitu kemudian ia mengetuk setiap rumah di dusun itu untuk meminjam uang. Aku menjulurkan tanganku selembut yang aku bisa ke muka adikku yang membengkak, dan berkata:

"Seorang anak laki-laki harus meneruskan sekolahnya; kalau tidak ia tidak akan pernah meninggalkan jurang kemiskinan ini."

Aku, sebaliknya, telah memutuskan untuk tidak lagi meneruskan ke universitas. Siapa sangka keesokan harinya, sebelum subuh datang, adikku meninggalkan rumah dengan beberapa helai pakaian lusuh dan sedikit kacang yang sudah mengering. Dia menyelinap ke samping ranjangku dan meninggalkan secarik kertas di atas bantalku:

"Kak, masuk ke universitas tidaklah mudah. Saya akan pergi mencari kerja dan mengirimu uang."

Aku memegang kertas tersebut di atas tempat tidurku, dan menangis dengan air mata bercucuran sampai suaraku hilang. Tahun itu, adikku berusia 17 tahun. Aku 20.
Dengan uang yang ayahku pinjam dari seluruh dusun, dan uang yang adikku hasilkan dari mengangkut semen pada punggungnya dilokasi konstruksi, aku akhirnya sampai ke tahun ketiga (di universitas).

Suatu hari, aku sedang belajar di kamarku, ketika teman sekamarku masuk dan memberitahukan:

" Ada seorang penduduk dusun menunggumu di luar sana !"

Mengapa ada seorang penduduk dusun mencariku? Aku berjalan keluar, dan melihat adikku dari jauh, seluruh badannya kotor tertutup debu semen dan pasir. Aku menanyakannya:

"Mengapa kamu tidak bilang pada teman sekamarku kamu adalah adikku?"
Dia menjawab, tersenyum:

"Lihat bagaimana penampilanku. Apa yang akan mereka pikir jika mereka tahu saya adalah adikmu? Apa mereka tidak akan menertawakanmu? "

Aku merasa terenyuh, dan air mata memenuhi mataku. Aku menyapu debu-debu dari adikku semuanya, dan tersekat-sekat dalam kata-kataku:

"Aku tidak perduli omongan siapa pun!Kamu adalah adikku apapun juga! Kamu adalah adikku bagaimana pun penampilanmu. .."

Dari sakunya, ia mengeluarkan sebuah jepit rambut berbentuk kupu-kupu..Ia memakaikannya kepadaku, dan terus menjelaskan:

"Saya melihat semua gadis kota memakainya. Jadi saya pikir kamu juga harus memiliki satu."

Aku tidak dapat menahan diri lebih lama lagi. Aku menarik adikku ke dalam pelukanku dan menangis dan menangis. Tahun itu, ia berusia 20. Aku 23.
Kali pertama aku membawa pacarku ke rumah, kaca jendela yang pecah telah diganti, dan kelihatan bersih di mana-mana. Setelah pacarku pulang, aku menari seperti gadis kecil di depan ibuku:

"Bu, ibu tidak perlu menghabiskan begitu banyak waktu untuk membersihkan rumah kita!"

Tetapi katanya, sambil tersenyum:

"Itu adalah adikmu yang pulang awal untuk membersihkan rumah ini. Tidakkah kamu melihat luka pada tangannya? Ia terluka ketika memasang kaca jendela baru itu.."

Aku masuk ke dalam ruangan kecil adikku. Melihat mukanya yang kurus, seratus jarum terasa menusukku. Aku mengoleskan sedikit saleb pada lukanya dan mebalut lukanya:

"Apakah itu sakit?" Aku menanyakannya
"Tidak, tidak sakit. Kamu tahu, ketika saya bekerja di lokasi konstruksi, batu-batu berjatuhan pada kakiku setiap waktu. Bahkan itu tidak menghentikanku bekerja dan..."

Ditengah kalimat itu ia berhenti. Aku membalikkan tubuhku memunggunginya, dan air mata mengalir deras turun ke wajahku. Tahun itu, adikku 23. Aku berusia 26.
Ketika aku menikah, aku tinggal di kota . Banyak kali suamiku dan aku mengundang orang tuaku untuk datang dan tinggal bersama kami, tetapi mereka tidak pernah mau.Mereka mengatakan, sekali meninggalkan dusun, mereka tidak akan tahu harus mengerjakan apa. Adikku tidak setuju juga, mengatakan:

"Kak, jagalah mertuamu aja. Saya akan menjaga ibu dan ayah di sini."

Suamiku menjadi direktur pabriknya. Kami menginginkan adikku mendapatkan pekerjaan sebagai manajer pada departemen pemeliharaan. Tetapi adikku menolak tawaran tersebut.Ia bersikeras memulai bekerja sebagai pekerja reparasi.
Suatu hari, adikku diatas sebuah tangga untuk memperbaiki sebuah kabel, ketika ia mendapat sengatan listrik,dan masuk rumah sakit. Suamiku dan aku pergi menjenguknya. Melihat gips putih pada kakinya, saya menggerutu:

"Mengapa kamu menolak menjadi manajer? Manajer tidak akan pernah harus melakukan sesuatu yang berbahaya seperti ini. Lihat kamu sekarang, luka yang begitu serius. Mengapa kamu tidak mau mendengar kami sebelumnya?"

Dengan tampang yang serius pada wajahnya, ia membela keputusannya:

"Pikirkan kakak ipar, ia baru saja jadi direktur, dan saya hampir tidak berpendidikan. Jika saya menjadi manajer seperti itu, berita seperti apa yang akan dikirimkan?"

Mata suamiku dipenuhi air mata, dan kemudian keluar kata-kataku yang sepatah-sepatah:

"Tapi kamu kurang pendidikan juga karena aku!"

"Mengapa membicarakan masa lalu?" Adikku menggenggam tanganku. Tahun itu, ia berusia 26 dan aku 29.

Adikku kemudian berusia 30 ketika ia menikahi seorang gadis petani dari dusun itu. Dalam acara pernikahannya, pembawa acara perayaan itu bertanya kepadanya, "Siapa yang paling kamu hormati dan kasihi?"

Tanpa bahkan berpikir ia menjawab,"Kakakku. "

Ia melanjutkan dengan menceritakan kembali sebuah kisah yang bahkan tidak dapat kuingat:

"Ketika saya pergi sekolah SD, ia berada pada dusun yang berbeda. Setiap hari kakakku dan saya berjalan selama dua jam untuk pergi ke sekolah dan pulang ke rumah. Suatu hari, Saya kehilangan satu dari sarung tanganku.Kakakku memberikan satu dari kepunyaannya. Ia hanya memakai satu saja dan berjalan sejauh itu. Ketika kami tiba di rumah, tangannya begitu gemetaran karena cuaca yang begitu dingin sampai ia tidak dapat memegang sumpitnya. Sejak hari itu,saya bersumpah, selama saya masih hidup, saya akan menjaga kakakku dan baik kepadanya."

Tepuk tangan membanjiri ruangan itu. Semua tamu memalingkan perhatiannya kepadaku. Kata-kata begitu susah kuucapkan keluar bibirku,

"Dalam hidupku, orang yang paling aku berterima kasih adalah adikku."

Dan dalam kesempatan yang paling berbahagia ini, didepan kerumunan perayaan ini, air mata bercucuran turun dari wajahku seperti sungai. (From Friends)

Related Posts:

Kultivasi Melepas Keharuman Jiwa

Beberapa hari yang lalu saya telah menulis sebuah artikel pendek berjudul “Orang budiman harum bagaikan anggrek”. Dalam artikel ini membicarakan bahwa moral seorang yang budiman, harum bagaikan bunga anggrek. Dimana pun dia berada, keharumannya akan menyenangkan orang.

Dalam artikel itu saya membicarakan juga bahwa cahaya welas asih yang dikeluarkan oleh seorang kultivator bagaikan bunga anggrek yang bermekaran dalam lembah, keharumannya semerbak masuk ke dalam lubuk hati manusia. Hal itu telah mengundang beberapa anak muda bertanya kepada saya, “Bagaimana dapat melepaskan keharuman dalam jiwa.”

Sebenarnya jika kita mengumpamakan jiwa kita dengan segelintir daun teh yang memendam keharuman, maka kultivasi dalam kehidupan bisa diumpamakan sebagai seteko air yang mendidih, di mana daun teh hanya bisa timbul dan tenggelam dalam air yang mendidih, dan setelah direndam beberapa waktu dan beberapa kali baru bisa mengeluarkan aromanya yang harum.

Dalam kultivasinya, manusia harus melakukan perbuatan baik, mematut diri dengan baik, baru bisa meningkatkan taraf batin dirinya sendiri, bersamaan dengan itu ia akan meninggalkan sepoi-sepoi keharuman bagi orang lain.

Pepatah mengatakan, “Ketajaman pedang berasal dari asahan, harumnya bunga Mei berasal dari musim dingin yang menusuk tulang.”

Ketika semua bunga berguguran dan layu di musim dingin, hanya bunga Mei yang mekar di udara yang sangat dingin, dalam es dan salju. Semerbak harumnya bunga Mei itu dilahirkan dan dihasilkan oleh angin kencang yang sangat dingin dan dalam badai es dan salju. Hanya dengan mengalami terpaan angin dan badai baru bisa melahirkan dan mengeluarkan keharuman yang benar-benar harum.

Orang pada umumnya hanya bisa tak henti-hentinya mengagumi, sama sekali tidak menyadari bahwa di belakang keharuman, dan hasil yang besar ini terkandung berapa banyak penderitaan dan kesulitan. Keharuman ini keluar setelah mengalami terpaan angin dan badai, setelah mengalami musim yang sangat dingin.

Dahulu kala ada seorang pemuda yang telah berkali-kali mengalami kegagalan, dia kagum akan kemasyuran biksu agung Shi Yuan lalu pergi ke kuil mencari biksu agung ini.

Dengan putus asa dia berkata kepada biksu Shi Yuan, “Saya selalu gagal dalam usaha, hidup juga asal hidup saja, lalu apa gunanya?”

Setelah mendengarkan kata-kata ini diam-diam sang biksu mengeluarkan sebungkus daun teh. Kemudian dia memanggil seorang biksu kecil, “Penderma ini datang dari tempat yang jauh, tolong segera masakkan sepoci air hangat dan hantarkan kemari.”

Tidak lama kemudian, biksu kecil telah menghantarkan sepoci air hangat, Shi Yuan lalu menggenggam daun teh dimasukkan ke dalam cangkir, kemudian dia menyedu teh itu dengan air hangat lalu disodorkan ke depan pemuda itu dan berkata, “Penderma, silahkan minum teh.”

Setelah meneguk dua teguk pemuda itu menggeleng-gelengkan kepala dan berkata, “Teh apa ini? Sama sekali tidak ada aroma tehnya.”

Shi Yuan menjawab sambil tertawa, “Itu adalah teh ternama, mengapa bisa tidak harum?”
Shi Yuan memanggil kembali si biksu kecil lagi, “Tolong masakkan lagi sepoci air yang mendidih dan hantarkan kemari.”

Setelah air yang telah mendidih itu datang, Shi Yuan mengeluarkan cangkir baru, mengambil daun teh dan dimasukkan ke dalam cangkir, menuangkan sedikit air mendidih ke dalam cangkir.

Nampak oleh pemuda ini daun-daun teh tersebut timbul dan tenggelam dalam cangkir, sebersit keharuman yang halus merebak keluar dengan diam-diam. Pemuda itu tak tertahankan hendak mengambil cangkir itu.

Shi Yuan tersenyum dan berkata, “Tunggulah sebentar penderma.” Sambil berkata dia menuangkan lagi sedikit air mendidih ke dalam cangkir, beserta dengan itu segumpal harum teh yang memabukkan perlahan-lahan merebak memenuhi seluruh ruangan meditasi.

Demikianlah Shi Yuan menuangkan air mendidih ke dalam cangkir sebanyak lima kali, aroma harum dari secangkir teh itu semerbak memenuhi ruangan.

Dengan tertawa Shi Yuan bertanya kepada pemuda itu, “Apakah penderma tahu teh dengan merek yang sama mengapa rasanya berbeda?”

Pemuda itu berpikir sejenak lalu berkata, “Satu cangkir diseduh dengan air hangat, dan satu cangkir diseduh dengan air mendidih.”

Shi Yuan tertawa-tawa dan berkata, “Penggunaan air yang berbeda, rasa tehnya juga berbeda. Teh yang diseduh dengan air hangat daun tehnya akan mengambang di atas air, mana bisa mengeluarkan aromanya? Dan teh yang diseduh dengan air mendidih, diseduh berkali-kali daun-daun tehnya bergolak timbul dan tenggelam, lalu mengeluarkan keharuman setelah hujan di musim semi, kehangatan bagai mentari di musim panas, pekat bagai angin di musim gugur dan jernih bagaikan embun beku di musim dingin.”

Seseorang yang tidak memahami kultivasi, sama seperti daun-daun teh yang diseduh dengan air hangat, selamanya tidak akan mengeluarkan aroma harum yang merebak ke dalam hati orang lain. Tidak ada semangat kesabaran dan pengasahan dalam hati, tidak akan mengeluarkan pancaran sinar kehidupan yang dimiliki oleh setiap insan.

Dengan kultivasi baru dapat pulang ke asal kembali ke jati diri, mengeluarkan bau keharuman jiwa. (www.epochtimes.co.id)

Related Posts:

Divine Performing Arts adalah Pertunjukan dari Khayangan

Setelah pertunjukan terakhir Spectacular berlangsung di Daegu, Korea Selatan, emosi para penontonnya sangatlah tersentuh. Mereka mengatakan kepada NTD bahwa Spectacular adalah pertunjukan yang tidak akan mereka lupakan.

Youngsoon Lee adalah seorang perancang terkenal Korea, yang telah merancang banyak pakaian-pakaian tradisional Korea, yang disebut Hanbok, untuk para selebriti. Dan selama beberapa tahun dia juga telah melakukan penelitian-penelitian untuk merancang baju-baju dan pernak-pernik tradisional. Youngsoon mengatakan bahwa sepertinya Divine Performing Arts adalah sebuah pertunjukan dari khayangan.

Ia berkata: “Benar-benar sangat mengesankan. Warna-warnanya sendiri sangatlah artistik. Terlihat seperti khayangan yang sebenarnya.”

Desainer yang telah banyak mempelajari baju dan perhiasan tradisional ini mendapatkan banyak inspirasi dari kostum-kostum dan perwarnaan pertunjukan Divine Performing Arts. “Saya berharap semua yang sudah saya lihat dapat terekam dengan baik dalam otakku, jadi nantinya gambar-gambar itu masih bisa diputar kembali seperti halnya film. Saya sangat menyukai kostum-kostumnya. Semuanya sangat sempurna... sepatu, busana... saya tidak bisa mengatakan secara persis apa yang saya suka karena saya menyukai semuanya!”

Wakil Komandan Gary McKenna dari Angkatan Darat Amerika Serikat pulang dengan kesan yang mendalam, dia merasakan suatu kesatuan yang universal dari Divine Performing Arts.

“Show ini sangatlah indah, pertunjukan kebudayan yang sangat indah. Saya saya beruntung bisa menyaksikannya. Menurut saya yang paling mengesankan adalah pertunjukan tarian terakhir. Saya merasakan suatu kesatuan... Dunia sangat, sangatlah kecil, tapi apa yang saya lihat di negeriku, apa yang saya lihat di China: rombongan ini disini, dan apa yang saya lihat di Korea, benar-benar sangatlah indah, saya sangat senang menjadi bagian dari pertunjukan ini.”

The Divine Performing Arts yang mempertunjukkan keindahan dunia khayangan kepada penonton akan melakukan empat pertunjukan di Daegu.(www.erabaru.or.id)

Related Posts:

'Kekuatan dari Ketenangan'

Pada empat ratus tahun Sebelum Masehi, terdapat sebuah negara yang tadinya sangat makmur. Sejak raja yang baru mewarisi tahta dan setelah memegang segala kekuasaan, sang raja berusaha keras memakmurkan negara hingga tanpa tidur dan beristirahat. Akan tetapi negaranya makin hari malah semakin lemah dan suram. Tentu saja hal ini sangat mengejutkan sang raja baru, juga membuatnya merasa bingung!

Dalam kebingungan itu, sang raja lalu berangkat menuju ke sebuah kuil ternama yang berada di gunung, hendak meminta petunjuk dari guru besar. Ketika raja telah sampai di sana, dia melihat sang guru besar sedang duduk diam di atas batu dengan kaki bersila, matanya sedang menatap ke arah lembah yang ada di dekat sana dan merenung.

Setelah raja tersebut menjelaskan maksud kedatangannya dan kesulitan yang sedang dia hadapi, sang raja dengan sangat tulus menahan nafas menantikan bimbingan dari sang guru besar. Akan tetapi sang guru tidak mengeluarkan satu patah kata pun juga, hanya tersenyum dan memberi isyarat untuk mengikutinya turun gunung.

Akhirnya mereka sampai di tepi sebuah sungai yang sangat besar dan lebar, sang guru menatap ke arah sungai termenung sebentar, lalu dia menggunakan kayu membuat api unggun di tepi sungai.

Ketika hari sudah mulai petang, tumpukan kayu itu dinyalakan. Nyala api semakin lama semakin besar, guru besar membiarkan sang raja duduk bersamanya di samping api unggun. Berdiam tidak mengeluarkan satu patah kata pun, menatap kobaran api besar yang memecah kegelapan malam.

Hingga dinihari. Seiring dengan hari semakin terang, nyala api juga berangsur-angsur menjadi padam. Saat itu, sang guru besar baru membuka suara, “Sekarang apakah Anda telah mengerti faktor apa yang menyebabkan Anda tidak bisa mempertahankan kemakmuran negara seperti raja yang sebelumnya?”

Sang Raja sama sekali tidak mengerti maksud perkataan dari sang guru besar. Wajahnya penuh dengan keraguan, akhirnya ia pun bertanya kepada sang guru, “Maafkan ketidak-tahuan saya, mohon guru besar memberi petunjuk.”

Sang guru besar tidak langsung memberikan jawaban, sebaliknya dia balik bertanya, “Kemarin setelah duduk semalam suntuk, kesan apa yang telah diberikan kobaran api yang besar itu kepada Anda?”

Sang raja menjawab, “Tadi malam kobaran api itu telah memperlihatkan kekuatan yang begitu dahsyat, memecah kegelapan malam yang pekat, sepertinya memiliki kekuatan untuk menantang segala benda dan makhluk yang berada di alam, serta menyapu bersih segala rintangan yang ada.”

Sang guru bertanya lagi, “Kobaran api yang dahsyat itu setelah lewat, dia menyisakan apa?”

“Sekarang ini hanya tinggal seonggok abu dan sedikit sisa kehangatan saja,” jawab sang raja.

Kemudian sang guru bertanya lagi, “Lalu sungai besar yang berada di samping kita, setelah melewatkan semalaman, kesan apa yang dia tinggalkan untuk Anda?”

“Air sungai itu hanya diam-diam mengalir, dia sangat tenang, hampir saja tidak merasakan keberadaannya.”

Sang guru bertanya, “Tempat-tempat yang dilalui oleh sungai ini, pemandangan apa saja yang terlihat oleh Anda?”

Raja menjawab, “Tanah luas nan hijau, bunga-bunga bermekaran, serta pepohonan besar nan subur.”

Selanjutnya sang guru besar berjalan menuju ke tepi sungai, memandang aliran sungai yang mengalir itu, tidak melanjutkan pembicaraan, meninggalkan sang raja yang sepertinya sudah tersadarkan itu dan diam-diam merenung.

Api bisa menantang kegelapan malam, akan tetapi setelah bahan kayunya terbakar habis, dia hanya menyisakan seonggok abu saja. Sedangkan aliran sungai selamanya mengalir dengan tanpa bersuara, memberi gizi kepada tanah luas nan hijau, bunga-bunga yang bermekaran, serta pepohonan besar yang subur. Ini merupakan kekuatan dari ketenangan. (www.epochtimes.co.id)

Related Posts:

Seekor Anak Kerbau Kepalanya Tumbuh "Hati", Jadi Ngetop di Valentine Day

Di Jepang, tepatnya di Kota Fujisawa Kabupaten Kanagawa (pada foto yang diambil di peternakan Shanjin), ada seekor anak kerbau yang kepalanya bergambar pola berbentuk hati. Anak kerbau yang belum lama lahir ini bulu tubuhnya bewarna coklat, hanya di dahi bagian tengahnya tumbuh bulu putih yang pola gambarnya berbentuk hati. Oleh sebab itu peternak menamakannya "Hati Kecil". Pola gambar "Hati Kecil" di atas dahi ini bertepatan dengan suasana romantis Valentine day di Tahun Kerbau.

Setelah hal ini terungkap oleh asosiasi pertanian, anak kerbau ini dengan cepat menjadi populer, banyak menarik perhatian media dari dalam dan luar negeri. (www.erabaru.or.id)

Related Posts:

7 Etika Bikin Facebook-an Kian Nyaman

Jakarta - Beberapa waktu lalu muncul kasus pria membunuh istrinya karena sang istri mengubah status di Facebook menjadi single. Kasus lain, meski tak seekstrim itu, bisa muncul kapan saja hanya karena situs jejaring semacam Facebook. Lantas bagaimana meminimalisir hal ini terjadi? Beberapa 'etika' Facebook yang dikutip detikINET dari Msnbc berikut mungkin berguna bagi Anda.

1. Status hubungan Anda adalah keputusan bersama pasangan

Jangan pernah mengubah-ubah status hubungan Anda jika tidak didasari kesepakatan bersama antara Anda dan pasangan. Banyak kasus buruk terjadi akibat seseorang merubah statusnya secara sepihak. Jangan lupa, teman-teman Anda atau teman pasangan Anda bisa mengetahui hal ini dengan cepat.

2. Berteman dengan teman dari sahabat Anda pun ada etikanya

Ketika ingin berteman dengan teman sahabat Anda di Facebook, jangan lupakan keberadaan teman Anda yang di sini berperan sebagai 'penghubung'. Katakan dari siapa Anda mengetahui profil mereka. Anda tak mau
dicurigai sebagai sales bukan?

3. Siapkan diri ketika berteman dengan seseorang yang pernah berkencan dengan Anda

Sebelum Anda melakukannya, lebih baik Anda siap mental dulu. Beberapa status yang dia tulis bisa jadi membuat Anda cemburu. Dibutuhkan kedewasaan untuk melakukan hal ini. Namun jika Anda tidak ambil pusing, lakukan saja.

4. Jangan banjiri profil dengan foto, video, dan komentar yang berkaitan dengan gagalnya hubungan Anda

Hal itu sepertinya tidak pantas dilakukan di Facebook. Jika Anda ingin minta simpati, teleponlah teman Anda, jangan bertanya pada orang-orang di dunia maya, apalagi di Facebook yang diakses banyak orang. Anda malah bisa dipermalukan.

5. Jangan curhat dan buka rahasia di Facebook

Jika Anda ingin curhat dan sejenisnya, lebih baik Anda tidak melakukannya di
Facebook. Gunakan saja e-mail, telepon atau lakukan saat sedang makan bersama teman Anda misalnya. Masih banyak fasilitas lain bukan? Anda tentu tidak ingin rahasia Anda diumbar oleh orang yang tidak bertanggungjawab.

6. Kenali Perbedaan antara Wall dan Message

Suatu pernyataan yang menyangkut hubungan pribadi Anda sebaiknya tidak usah terlalu diekspos. Kalimat seperti "I luv u soo much baaabyy.. I Can't wait too see 2neit", mungkin akan lebih cocok jika ditulis di message.

7. Jangan sekali-kali Membuat profil Palsu

Mungkin terlintas di benak Anda untuk membuat akun palsu mantan pacar yang telah menyakiti Anda. Kemudian, Anda posting hal-hal buruk tentangnya. Tentu saja, jangan pernah benar-benar melakukan hal ini. Jika aksi Anda ketahuan, orang-orang malah bisa memberi cap negatif pada Anda.

Intinya adalah jangan umbar banyak informasi tentang diri Anda apalagi yang bersifat pribadi. Anda tak akan pernah tahu apa saja yang bisa terjadi ke depannya. Ingat, dunia maya meski menyenangkan tetap penuh dengan risiko dan juga orang-orang jahat. (Santi Dwi Jayanti - detikinet)

Related Posts:

Hati Bijak Membedakan yang Lurus dan Bijak

Di masa muda setiap kali saya membaca cerita klasik Kisah Perjalanan Menuju ke Barat (cerita Kera Sakti), maka yang membuat saya paling kagum dan iri adalah sepasang mata dari Sun Go Kong (si kera sakti) yang tajam dan jeli. Karena sepasang mata bijak itu bisa mengenali wujud asli dari segala iblis dan siluman, dalam segala situasi tak akan teperdaya dan tertipu.

Namun, mata bijak semacam itu sebenarnya adalah semacam kemampuan supranatural, bukan hanya manusia biasa saja yang tidak bisa memiliki, bahkan sesama kultivator seperti biksu Tang Sen dan Zhu Ba Jie juga tidak bisa memiliki.

Karena tidak bisa melihat fakta sesungguhnya, maka biksu Tang Sen dan empat muridnya dalam perjalanan mengambil kitab suci telah mengalami banyak sekali rintangan, hampir saja mereka binasa di tangan para siluman.

Dari sini kita bisa tahu, jika tidak bisa membedakan mana yang asli dan mana yang palsu, tidak bisa memilah mana yang baik dan mana yang jahat, maka akibatnya akan sangat mengerikan. Di kemudian hari dalam kehidupan yang nyata saya juga telah melihat ada banyak orang karena mereka tidak bisa membedakan mana yang lurus dan mana yang sesat, maka akhirnya terperosok dalam kegelapan, bahkan ada yang sampai kehilangan nyawa mereka yang berharga dengan sia-sia.

Seseorang jika ingin jelas tentang benar atau salah, membedakan mana yang asli dan mana yang palsu, mengetahui baik dan jahat, mengenal mana yang lurus dan mana yang sesat, maka ia harus memiliki kearifan yang jelas dan tidak tergoyah.

Kearifan yang sesungguhnya mempunyai hubungan yang erat dengan lubuk hati (jiwa) seseorang, kearifan dan moral manusia bukanlah dua hal yang bisa berdiri sendiri-sendiri, mereka sebenarnya lebih persis seperti dua sisi dari selembar kertas.

Seseorang yang berbudi luhur telah memahami prinsip alam semesta, maka dia pasti adalah seseorang yang memiliki kearifan, dan sebaliknya mereka yang bermoral sangat rendah yang hanya mendambakan kesemuan nama dan keuntungan kecil, pasti tidak mungkin memiliki kearifan yang sesungguhnya, sangat mudah diperdaya oleh kata-kata bohong yang sangat menarik, atau tertipu, atau salah naik ke atas perahu penyamun.

Kearifan yang sesungguhnya berasal dari mana? Pertama-tama harus memiliki sebuah hati yang terang dan cerah, serta hati yang takzim. Ketika hati manusia benar-benar telah mencapai kemurnian dan kebaikan, maka kearifan manusia baru akan terbuka. Kearifan yang sesungguhnya bukanlah karena Anda telah mempelajari berapa banyak ilmu pengetahuan moderen, atau telah menguasai berapa banyak teori ilmu pengetahuan, hal tersebut hanya bisa dikatakan sebagai pengetahuan Anda saja, bukan kearifan.

Banyaknya pengetahuan bukan menunjukkan kecerdasan, yang dikatakan pandai oleh orang awam juga tidak sama dengan kecerdasan. Sumber dari kearifan sebenarnya datang dari hati yang baik dan tulus yang telah menyadari pencerahan dari Yang Maha Kasih. Ketika pikiran manusia berubah menjadi makin lama semakin rumit, makin lama makin menyombongkan diri dan ketika sudah tidak percaya lagi dengan keberadaan kehidupan yang lebih tinggi, maka level moralnya juga semakin lama semakin merosot ke bawah, kecerdasannya juga berubah menjadi semakin kecil.

Sebagai contoh, seluruh daratan Tiongkok saat ini telah dikuasai oleh roh jahat yang datang dari barat, partai komunis yang berkuasa dan berjiwa atheisme telah dengan serius mempengaruhi pikiran dan perilaku masyarakat Tiongkok moderen.

Suara hati masyarakat yang tadinya menghormati langit dan dewa, kini telah berubah menjadi tidak hormat lagi, baik kepada para dewa maupun langit, bahkan memerangi langit dan melawan bumi, berbuat sekehendak hati, yang langsung menyebabkan standar moral mengalami kemerosotan yang drastis, kehancuran moral ini juga telah membawakan krisis kepada seluruh masyarakat.

Dari permukaan, kita melihat perekonomian yang berkembang, tetapi oleh karena kebobrokan moral telah menambah biaya peredaran masyarakat, ditambah lagi dengan penanggulangan berbagai macam persoalan bukan mengandalkan penyuluhan melainkan mengandalkan kekerasan, penindasan, sehingga seluruh masyarakat sebenarnya sudah dalam keadaan krisis.

Lebih-lebih penindasan yang kejam dan brutal terhadap kepercayaan telah membawakan buah karma yang sangat berat bagi seluruh bangsa Tionghoa. Bangsa yang semula rajin, baik dan memiliki kecerdasan sedang menghadapi krisis kelangsungan hidup yang selama ini belum pernah ada.

Watak hakiki dari manusia sebenarnya adalah murni tulus dan baik, tetapi di kemudian hari karena terkontaminasi oleh kehidupan manusia sehingga berangsur-angsur terbentuk menjadi berbagai macam konsep, dan justru konsep-konsep inilah yang telah menutup kecerdasan dan inteligensi yang sebenarnya dari diri sendiri, menciptakan segala macam teori dan dalil yang ego dalam masyarakat manusia yang merajarela ke mana-mana.

Dari permukaan kelihatan manusia sepertinya telah menjadi lebih pandai, tetapi sebenarnya pikiran dan tindakan manusia telah jauh melenceng, maka tidak mungkin lagi untuk bisa mendapatkan kesadaran total dan kearifan yang sebenarnya seperti yang dimiliki orang kuno setelah mereka berkultivasi dengan sepenuh hati.

Perjalanan manusia ke dunia ini tentu tidaklah sesederhana yang kita lihat. Banyak dari kita pernah bertanya-tanya : “Sebenarnya untuk apakah kita hidup? Untuk apakah kita dilahirkan ke dunia ini?” Tentu Sang Pencipta bukan mengharapkan kita hidup di dunia ini hanya untuk makan atau untuk bersenang-senang (karena juga banyak orang begitu terlahir, ia harus hidup menderita).

Sebuah misteri - yang juga adalah rahasia langit. Waktu seratus tahun sekejab saja berlalu, jika semasa hidup telah membantu orang lalim berbuat jahat bukankah sangat menyedihkan? Lao Zi, penyebar ajaran Dao (baca Tao), pada waktu itu dengan tergesa-gesa telah meninggalkan kitab Dao De Jing yang bertuliskan 5.000 kata lalu pergi menuju ke Barat, mengapa?

Pertama adalah rahasia langit tidak boleh dibocorkan terlalu banyak, kedua adalah karena orang yang memiliki jodoh dan keberuntungan dengan sendirinya akan mendapatkannya.

Dalam aliran Buddha juga dikatakan, Fa Buddha hanya bisa didapatkan oleh mereka yang yakin, dimana keyakinan adalah setara dengan kesadaran, merupakan kunci untuk menentukan apakah orang tersebut memiliki dasar kearifan atau tidak. Saya yakin Yesus, maupun penyebar ajaran lurus yang lain pun akan punya prinsip yang serupa.

Alam semesta sedang mengalami perubahan yang sangat dratis, dan perubahan ini mungkin berkaitan dengan kehidupan abadi dari jiwa kita masing-masing.

Lao Zi pernah berkata bahwa penyebab kesengsaraan manusia adalah dikarenakan manusia memiliki tubuh, tubuh manusia mungkin dapat diumpamakan seperti sepotong pakaian yang menutup tubuh kita, dia bukanlah wajah asli dari saya, Anda maupun orang-orang yang lain.

Bila demikian halnya, mencari jati diri yang sebenarnya tentulah sangat penting! Menemukan jati diri baru bisa mengenal dengan jelas misi kita, menemukan jati diri baru bisa mengetahui masa depan diri sendiri, menemukan jati diri baru mengerti apa yang harus dilakukan, menemukan jati diri baru bisa melahirkan energi dan kearifan yang tiada batasnya! (www.epochtimes.co.id)

Related Posts:

'Lihat Kegagalan Saya, Soichiro Honda'

Saat merintis bisnisnya Soichiro Honda selalu diliputi kegagalan. Ia sempat jatuh sakit, kehabisan uang, dikeluarkan dari kuliah. Namun ia trus bermimpi dan bermimpi...

Cobalah amati kendaraan yang melintasi jalan raya. Pasti, mata Anda selalu terbentur pada Honda, baik berupa mobil maupun motor. Merk kendaran ini menyesaki padatnya lalu lintas, sehingga layak dijuluki "raja jalanan".

Namun, pernahkah Anda tahu, sang pendiri "kerajaan" Honda - Soichiro Honda - diliputi kegagalan. Ia juga tidak menyandang gelar insinyur, lebih-lebih Profesor seperti halnya B.J. Habibie, mantan Presiden RI. Ia bukan siswa yang memiliki otak cemerlang. Di kelas, duduknya tidak pernah di depan, selalu menjauh dari pandangan guru.

"Nilaiku jelek di sekolah. Tapi saya tidak bersedih, karena dunia saya disekitar mesin, motor dan sepeda," tutur tokoh ini, yang meninggal pada usia 84 tahun, setelah dirawat di RS Juntendo, Tokyo, akibat mengindap lever.

Kecintaannya kepada mesin, mungkin 'warisan' dari ayahnya yang membuka bengkel reparasi pertanian, di dusun Kamyo, distrik Shizuko, Jepang Tengah, tempat kelahiran Soichiro Honda. Di bengkel, ayahnya memberi cathut (kakak tua) untuk mencabut paku. Ia juga sering bermain di tempat penggilingan padi melihat mesin diesel yang menjadi motor penggeraknya.

Di situ, lelaki kelahiran 17 November 1906, ini dapat berdiam diri berjam-jam. Di usia 8 tahun, ia mengayuh sepeda sejauh 10 mil, hanya ingin menyaksikan pesawat terbang.

Ternyata, minatnya pada mesin, tidak sia-sia. Ketika usianya 12 tahun, Honda berhasil menciptakan sebuah sepeda pancal dengan model rem kaki.Tapi, benaknya tidak bermimpi menjadi usahawan otomotif. Ia sadar berasal dari keluarga miskin. Apalagi fisiknya lemah, tidak tampan, sehingga membuatnya rendah diri.

Di usia 15 tahun, Honda hijrah ke Jepang, bekerja Hart Shokai Company. Bosnya, Saka Kibara, sangat senang melihat cara kerjanya. Honda teliti dan cekatan dalam soal mesin. Setiap suara yang mencurigakan, setiap oli yang bocor, tidak luput dari perhatiannya. Enam tahun bekerja disitu, menambah wawasannya tentang permesinan. Akhirnya, pada usia 21 tahun, bosnya mengusulkan membuka suatu kantor cabang di Hamamatsu. Tawaran ini tidak ditampiknya.

Di Hamamatsu prestasi kerjanya tetap membaik. Ia selalu menerima reparasi yang ditolak oleh bengkel lain. Kerjanya pun cepat memperbaiki mobil pelanggan sehingga berjalan kembali. Karena itu, jam kerjanya larut malam, dan terkadang sampai subuh. Otak jeniusnya tetap kreatif. Pada zaman itu, jari-jari mobil terbuat dari kayu, hingga tidak baik meredam goncangan. Ia punya gagasan untuk menggantikan ruji-ruji itu dengan logam. Hasilnya luarbiasa. Ruji-ruji logamnya laku keras, dan diekspor ke seluruh dunia. Di usia 30, Honda menandatangani patennya yang pertama.

Setelah menciptakan ruji, Honda ingin melepaskan diri dari bosnya, membuat usaha bengkel sendiri. Ia mulai berpikir, spesialis apa yang dipilih? Otaknya tertuju kepada pembuatan Ring Pinston, yang dihasilkan oleh bengkelnya sendiri pada tahun 1938. Sayang, karyanya itu ditolak oleh Toyota, karena dianggap tidak memenuhi standar.
Ring buatannya tidak lentur, dan tidak laku dijual. Ia ingat reaksi teman-temannya terhadap kegagalan itu. Mereka menyesalkan dirinya keluar dari bengkel.

Karena kegagalan itu, Honda jatuh sakit cukup serius. Dua bulan kemudian, kesehatannya pulih kembali. Ia kembali memimpin bengkelnya. Tapi, soal Ring Pinston itu, belum juga ada solusinya. Demi mencari jawaban, ia kuliah lagi untuk menambah pengetahuannya tentang mesin. Siang hari, setelah pulang kuliah - pagi hari, ia langsung ke bengkel, mempraktekan pengetahuan yang baru diperoleh. Setelah dua tahun menjadi mahasiswa, ia akhirnya dikeluarkan karena jarang mengikuti kuliah.
"Saya merasa sekarat, karena ketika lapar tidak diberi makan, melainkan dijejali penjelasan bertele-tele tentang hukum makanan dan pengaruhnya," ujar Honda, yang gandrung balap mobil.
Kepada Rektornya, ia jelaskan maksudnya kuliah bukan mencari ijasah. Melainkan pengetahuan. Penjelasan ini justru dianggap penghinaan.

Berkat kerja kerasnya, desain Ring Pinston-nya diterima. Pihak Toyota memberikan kontrak, sehingga Honda berniat mendirikan pabrik. Eh malangnya, niatan itu kandas. Jepang, karena siap perang, tidak memberikan dana. Ia pun tidak kehabisan akal mengumpulkan modal dari sekelompok orang untuk mendirikan pabrik. Lagi-lagi musibah datang. Setelah perang meletus, pabriknya terbakar dua kali.

Namun, Honda tidak patah semangat. Ia bergegas mengumpulkan karyawannya.
Mereka diperintahkan mengambil sisa kaleng bensol yang dibuang oleh kapal Amerika Serikat, digunakan sebagai bahan mendirikan pabrik. Tanpa diduga, gempa bumi meletus menghancurkan pabriknya, sehingga diputuskan menjual pabrik Ring Pinstonnya ke Toyota. Setelah itu, Honda mencoba beberapa usaha lain. Sayang semuanya gagal.

Akhirnya, tahun 1947, setelah perang Jepang kekurangan bensin. Disini kondisi ekonomi Jepang porak-poranda. Sampai-sampai Honda tidak dapat menjual mobilnya untuk membeli makanan bagi keluarganya. Dalam keadaan terdesak, ia memasang motor kecil pada sepeda. Siapa sangka, "sepeda motor" - cikal bakal lahirnya mobil Honda - itu
diminati oleh para tetangga. Mereka berbondong-bondong memesan, sehingga Honda kehabisan stok. Disinilah, Honda kembali mendirikan pabrik motor. Sejak itu, kesuksesan tak pernah lepas dari tangannya. Motor Honda berikut mobilnya, menjadi "raja" jalanan dunia, termasuk Indonesia.

Bagi Honda, janganlah melihat keberhasilan dalam menggeluti industri otomotif. Tapi lihatlah kegagalan-kegagalan yang dialaminya. "Orang melihat kesuksesan saya hanya satu persen. Tapi, mereka tidak melihat 99% kegagalan saya", tuturnya. Ia memberikan petuah ketika Anda mengalami kegagalan, yaitu mulailah bermimpi, mimpikanlah mimpi baru.

Kisah Honda ini, adalah contoh bahwa Suskes itu bisa diraih seseorang dengan modal seadanya, tidak pintar di sekolah, ataupun berasal dari keluarga miskin.
5 Resep keberhasilan Honda :
1. Selalulah berambisi dan berjiwa muda.
2. Hargailah teori yang sehat, temukan gagasan baru, khususkan waktu memperbaiki produksi.
3. Senangilah pekerjaan Anda dan usahakan buat kondisi kerja Anda senyaman mungkin.
4. Carilah irama kerja yang lancar dan harmonis.
5. Selalu ingat pentingnya penelitian dan kerja sama.
(anonim/Whs)

Related Posts: