Anak Adalah Guru Kita

Sore hari dalam perjalanan menjemput anak pulang ke rumah, tangan kecil anak bungsu saya sedang merangkul di pinggang saya dan dia bertanya, “Mama, berapa tonkah berat mama?” Astaga! Saya bukan seekor gajah, juga bukan sebuah mobil, bagaimana bisa menggunakan satuan seperti itu?

Anak saya bersikukuh agar saya mengatakan jawabannya, setelah saya menghitung harus berapa nol di belakang koma, lalu saya menjawab, “Berat Mama 0.0053 ton!” Anak saya tertawa terbahak dengan bangga. “Ha ha! Mama adalah anak kecil! Saya bisa menimang-nimang dalam pelukan!”

Eh! Ternyata saya salah hitung! Anak saya bertanya lagi, “Mama, berapa gramkah berat mama?” Kali ini saya harus menghitungnya dengan lebih cermat. “53000 gram!” Sepertinya berat ba-dan yang super berat.
Ini adalah isi pelajaran matematika yang sedang dia pelajari. Setiap hari dia akan berbagi dengan saya tentang hal-hal yang menyenangkan dalam kehidupan atau belajar hal-hal yang baru. Membuat saya mengulangi kesenangan belajar di waktu lalu, yang lebih penting adalah saya telah dapat mempelajari lebih banyak ilmu tentang kehidupan dari diri anak saya, anak seperti guru saya, sedikit demi sedikit kumpulan kejadian dalam kehidupan ini telah memberikan saya kecerdasan dan inspirasi.

Suatu hari, anak saya mengambil es batu dari dalam kulkas dan lupa menutupnya kembali. Lalu saya berkata, “Mengapa lupa untuk menutup pintunya kembali?”
Anak saya segera berdiri dan menutup pintu kulkas bersamaan dengan itu dia juga berkata, “Terkadang Mama juga lupa menutupnya, tetapi saya juga tidak pernah memarahi. Betul kan?”

Hal tersebut memang benar adanya, perasaan hati jengkel saya jadi agak mereda, anak saya kemudian berkata, “Seperti Mama juga bisa memecahkan mangkok, saya tidak pernah memarahi Mama, maka itu jika saya tidak hati-hati memecahkan mangkok, Mama juga tidak boleh memarahi saya.”

Dia sedang mendapatkan kesempatan, untuk memperjuangkan hak bebas dari kesalahan yang dilakukan di kemudian hari! Karena perkataannya itu masuk akal, saya tidak ingin membantahnya.
Ketika anak saya berbuat kesalahan, dan saya mema-rahinya dengan menggunakan suara yang agak keras, anak saya juga bisa protes. Karena bisa terdengar oleh tetangga, sehingga jika hal ini terjadi dia akan sangat kehilangan muka. Dengan serius saya mendengarkan suara hati anak saya.

Saya telah melihat perasaan hati anak yang ingin mendapatkan perhatian, ingin mendapatkan penghormatan dari orang lain. Saya mengerti bahwa setiap kehidupan perlu mendapatkan penghormatan, walaupun usianya masih kecil.Bahkan orang yang sudah berumur pun juga sama mendambakan penghormatan dan perhatian. Oleh karena itu saya percaya bahwa anak yang dalam pertumbuhannya selalu mendapatkan dukungan, kelak akan tumbuh dengan percaya diri, anak yang tumbuh dalam kasih sayang kelak juga akan mengerti bagaimana menaruh perhatian kepada orang lain.

Dalam proses pertumbuhan seorang anak, peran lingkungan kehidupan dan orang tua serta guru memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap anak. Membentuk karakter seorang anak ibarat membuat pahatan, yang akan berpengaruh terhadap nilai pandangan hidup untuk seumur hidupnya.

Setiap anak memiliki ciri khas dan kelebihannya masing-masing, maka dari itu tidak ada satu standar yang tetap untuk mendidik seorang anak, walaupun saya tidak menuntut kedisiplinan, tapi saya telah membuat anak itu mengerti bahwa hasil dari segala perbuatannya itu harus ditanggung sendiri ; marilah kita belajar bersama-sama, dan menjadi dewasa.

Dalam perjalanan hidup, kami telah menemukan manfaat dari memuji, memuji adalah belajar menyampaikan maksud kebaikan hati dan diucapkan dengan kata-kata yang baik. Cobalah kita semua mengabaikan TV, bersama-sama mempergunakan waktu kebersamaan yang indah antara orang tua dan anak.

Kami mengisi waktu dengan saling mendampingi, bersama-sama membaca buku dan bermain. Anak telah mengajari saya teknik bermain tennis meja, juga telah mengajari saya cara untuk melempar dan menangkap bola, di dalam permainan catur kita saling belajar bagaimana menyerang dan bertahan, belajar strategi perang syaraf, karena kami telah menemukan bahwa belajar merupakan penjelajahan yang paling indah.

Saya tahu bahwa masa kanak-kanak itu hanya sekali, segala kesan dan ingatan dimasa kanak-kanak akan menyertai mereka seumur hidup. Dari mereka saya telah belajar pengorbanan tanpa pamrih itu tidak menuntut balasan, setiap anak adalah individu yang indipenden, bukan harta milik orang tua.

Seiring dengan berlalunya waktu, suatu hari nanti mereka akan mengepakkan sayap untuk terbang tinggi. Saat itu kita hanya bisa mendoakan mereka. Semoga dia bisa terbang semakin jauh dan tinggi, agar kita tidak saling mengikat dan saling menghalangi.

Saya tidak menyesal telah berkorban untuk anak, biar pun uban tumbuh di kepala, biar pun usaha gugur sebelum berkembang, biar masa muda telah pergi. Hanya anak yang merupakan kawan terpenting dalam kehidupan saya. Saya hanya mengharapkan dengan tulus, dia bisa memiliki kepercayaan diri, kasih dan keberanian untuk menghadapi masyarakat yang sangat rumit ini.

Dia bisa memiliki kemampuan optimistis untuk menghadapi kehidupan serta sisi gelap dari sifat manusia. Bisa segera berdiri di saat mengalami kegagalan, semakin tegar di dalam kegagalan, lebih-lebih harus bisa mempertahankan watak hakiki dari kebaikan dan ketulusan, tidak sampai mengalir mengikuti arus.

Dalam menuntut dan mawas diri, saya telah memperkuat sebagian kelemahan dari watak diri sendiri. Dalam mendidik anak harus saling mengisi, melewati mawas diri yang terus menerus, membuat saya melihat diri saya yang sebenarnya. Telah mencerahkan bayangan di masa kanak-kanak, juga telah jelas akan fakta dan hakekat dari dunia fana. Saya mengerti akan jodoh pertemuan antara manusia, juga telah mengerti makna dan tugas sebagai kehidupan, kesemuanya ini berkat saling mengisi secara positif dengan anak.

Tepat di waktu menemani proses pertumbuhan dari anak, saya juga melihat perubahan sekali lagi dari diri sendiri. Saya mengerti bahwa masa ini patut untuk disayangi, agar saya bisa introspeksi diri tentang kelemahan dan keraguan yang pernah saya miliki, agar saya bisa lebih tegar menghadapi hari esok yang belum pasti. Bisa lebih yakin menyongsong tantangan di masa yang akan datang, dengan sangat jelas saya mengerti, saya memiliki teman seperjuangan yang sangat handal, yaitu anak saya. (Sumber : www.erabaru.or.id)

Related Posts:

2 Responses to "Anak Adalah Guru Kita"

Anonim mengatakan...

Wahh.. Terima kasih nih buat tulisannya :)

Salam

my words mengatakan...

Ya....boleh deh kalau ada cerita2 bermakna buat postingan kita

Posting Komentar