Murid Baru

Sahabat saya, Linda, memiliki sifat rendah hati dan santun. Beberapa hari yang lalu berjanji akan membawakan materi asuransi ke kantor. Sebelum berkunjung, dengan penuh perhatian, ia menanyakan lebih dulu kesukaan kliennya (saya), dan tak lupa membawakan minuman milk shake kesukaanku.

Saya mengamati Linda yang duduk di hadapan saya dengan saksama, merasakan semua ini benar-benar suatu keajaiban. Hanya dalam waktu satu tahun lebih dia sudah bisa keluar dari kesengsaraan dan nampak perubahan besar dalam hidupnya. Ia telah mendapatkan kehidupan baru.

Tadinya ia seorang perempuan yang bersifat semaunya sendiri, angkuh dan apatis, namun kini ia telah berubah menjadi seorang perempuan yang ramah, antusias dan bersahabat. Saya sering mendengar pepatah, “Penderitaan dan kesulitan adalah suatu berkah terselubung.” Saya telah menjadi saksi atas apa yang terjadi pada Linda.

Saat Linda masih berusia 20-an, kami sudah saling mengenal, dan setelah lulus dari perguruan tinggi dia menjadi adik ipar salah seorang teman saya. Keunggulannya dalam belajar seni musik membuat Linda memiliki sifat yang angkuh, sulit menjadi akrab dengan orang lain. Juga karena masalah ini dia menjadi bahan pembicaraan keluarga mertuanya.

Saya bahkan acapkali mendengarkan kritik ketidak-puasan terhadap dirinya ketika teman saya berbicara dengan kerabatnya, namun kedua belah pihak sama-sama mempertahankan keakuan mereka, tak ada yang mau mengalah.

Setelah menikah, Linda tinggal di Amerika bersama suaminya. Setelah mempunyai anak, Linda bertahan tetap tinggal di luar negeri karena masalah pendidikan dan membiarkan suaminya seorang diri berada di Taiwan. Hingga lebih dari satu tahun lalu, suaminya mendadak meninggal dunia. Linda baru terpaksa pulang ke Taiwan. Dengan sekejap, dia telah menjadi seorang janda yang harus memikul sendiri beban keluarga.

Keluarga ibunya berada jauh di utara Taiwan, sangat sulit diharapkan bisa memberi dukungan. Selama beberapa tahun ini dengan keluarga mertua juga tidak bisa rukun, juga tidak bisa mendapatkan bantuan. Linda yang tidak pernah terjun dalam dunia bisnis dan tidak ada pengalaman kerja, usianya juga hampir setengah baya. Kecemasan dan kesedihan tampak pada wajahnya, masa depannya yang kabur sangat mengkhawatirkan dirinya.

Saat itu karena jodoh pertemuan, saya menjadi salah satu dari teman karibnya yang hanya sedikit di selatan Taiwan. Kadang kami saling menanyakan kabar melalui telepon, kadang juga ngobrol dan makan bersama. Dalam kurun waktu hampir setahun ini yang terngiang di telinga saya selalu keluhan dan kata-kata menyalahkan.

Sebagai seorang teman, saya hanya bisa sabar mendengarkan dan memberi semangat, walaupun tidak bisa memberikan bantuan pada masalah yang sangat mendesak, tetapi masih ada sedikit bantuan untuk menghibur perasaan dalam hati. Linda sedang dalam proses berangsur-angsur pulih dari kesedihan.

Beruntung sekali “kehidupan pasti ada jalan keluarnya sendiri”, empat bulan yang lalu di bawah bimbingan dan tuntunan dari teman-teman, dia telah keluar dari keterpurukan, bangkit dan bersemangat masuk dalam bisnis asuransi.

Sore hari musim dingin, kami duduk di depan jendela yang disinari kehangatan matahari, dia berkata dengan suara lirih: “Semuanya berawal dari titik nol, sedikit gemetar saya harus berjuang dan giat berusaha baru bisa mendapatkan sedikit hasil. Saya sangat berterima kasih kepada semua teman yang telah mendampingi saya dalam perjalanan hidup ini.”

Dia berkata lagi, “Saya masih terhitung murid baru, masih banyak yang harus saya pelajari!” Saya menjawab: “Senior semuanya berawal dari seorang pemula, jangan terburu-buru, perlahan asalkan mantap!”

Selesai berbicara saya menatap mata Linda sekilas memancarkan cahaya yang penuh harapan, seketika itu seluruh tubuh Linda menjadi cerah dan bersahaja, sangat berbeda sekali saat keterpurukan dan kelesuan sebelumnya.

Honoré de Balzac (novelis Prancis abad-19) pernah mengatakan: “Kesengsaraan adalah guru dari kehidupan.” Dalam hal ini, menurut saya Linda termasuk seorang murid baru yang berbakat lumayan.

Waktu telah menujukkan pukul lima sore, saya harus pergi menjemput anak-anak, maka Linda berdiri dan berpamitan. Mengamati bayangan punggung Linda yang berjalan semakin menjauh, tak tertahankan saya menjadi salut dan memuji, “Murid baru ini, dalam menggeluti mata pelajaran yang begitu sulit, telah menunjukkan hasil yang patut disanjung dan dipuji!”

Di hadapan maha luasnya ilmu kehidupan, adakah di antara kita yang bukan sebagai seorang murid? Hanya dengan menaruh perasaan hati sebagai seorang murid baru, mencurahkan segenap tenaga belajar dengan sungguh-sungguh, seseorang baru bisa mendapatkan kehidupan baru pada saat harus menghadapi penderitaan dan kesulitan! (www.theepochtimes.co.id)

Related Posts:

0 Response to "Murid Baru"

Posting Komentar